Ikan Biawan / Ikan tambakan (Helostoma temminckii)
Zaini Rahman
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia[1] sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda.[2]
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut.[3] Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.[1]
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, tetapi gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.[3]
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, tetapi mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".[4]

Ikan papuyu / betok
Zaini Rahman

Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).
Ikan yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, tetapi kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku.
Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (kadang-kadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang.
Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka.
Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernapas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimekarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.
Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.
Cara mendapatkan ikan ini pada kebanyakan daerah dengan dipancing berumpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik, cilung (ulat bambu). Di Kalimantan Tengah dan Banjarmasin, penduduk setempat mempunya cara tersendiri, yakni dengan mencampur telur semut (kroto) dengan getah karet dan dimasak dengan cara dikukus. Selain untuk ikan betok, umpan ini juga dapat sebagai umpan ikan seluang.

Ikan sepat rawa / sepat biasa (Trichogaster trichopterus)
Zaini Rahman

Sepat rawa, Trichogaster trichopterus, atau sering disebut sepat (biasa) adalah sejenis ikan anggota suku gurami (Osphronemidae). Seperti kerabatnya yang bertubuh lebih besar, sepat siam (T. pectoralis), ikan ini merupakan ikan konsumsi yang disukai orang, meski umumnya hanya bernilai lokal. Namun di samping itu terdapat pula varian-varian hiasnya yang berwarna menarik, yang populer sebagai ikan akuarium.
Ikan ini banyak dikenal dengan nama-nama lokal seperti sepat sawah, sepat jawa, sepat biru, sepat ronggeng (Mly.), sapek (Min.) dan lain-lain. Dalam perdagangan ikan hias, bergantung pada varietasnya, ikan ini dikenal dengan nama-nama (Ingg.) seperti Three spot gourami, Blue gourami, Cosby gourami, Gold gourami, Golden gourami, serta Opaline gourami[1].
Ikan yang bertubuh pipih dan bermoncong runcing sempit, panjang total hingga 120mm. Perak buram kebiruan atau kehijauan, dengan beberapa pita miring berwarna gelap, serta bercak hitam masing-masing sebuah pada tengah sisi tubuh dan pada pangkal ekor.[2] Namanya dalam bahasa Inggris, Three spot gourami, merujuk pada kedua bintik hitam itu, ditambah dengan mata sebagai bintik yang ketiga.[3] Sirip ekor berlekuk (berbelah) dangkal, berbintik-bintik.
Warna tubuh ikan ini amat bervariasi, baik perimbangan terang gelapnya maupun pola-pola warna tubuhnya. Demikian pula bilangan jari-jari pada sirip-siripnya. Rumus sirip dorsal, VI-VIII (jari-jari keras atau duri) dan 8–9 (jari-jari lunak); dan sirip anal X-XII, 33–38. Gurat sisi 30–40 buah. Panjang standar (tanpa ekor) 2,3–2,5 kali tinggi badan.[4] Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek[5].
Ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
Zaini Rahman
Sepat siam atau nama latinya (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami. Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya.
Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm; namun umumnya kurang dari 20 cm[1]. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing.
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip.
Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang tampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.[4]
Langganan:
Komentar
(
Atom
)



